- Semua MUSLIM adalah SAUDARA. Saya kira, masing2 kita tahu apa dan bagaimana sikap yg semestinya kita lakukan terhadap saudara kita, termasuk dalam hal berdakwah, sharing atau berbagi ilmu. Wallahu A’lam…
- Subhanallah, indah sekali hidup kita saat menganggap sesama MUSLIM sebagai SAUDARA. Tidak kebencian, kedengkian atau saling menjatuhkan. Yang ada justru saling menghormati, mendukung dan membantu. ‘Sesungguhnya orang2 MUKMIN itu bersaudara.’ (QS. Al-Hujuraat: 10)
- Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Baik buruknya suatu bangsa di masa mendatang sangat tergantung pada kondisi spiritualitas generasi mudanya. Karena itu, marilah berusaha semaksimal mungkin utk mendidik anak2 kita agar menjadi generasi yang shaleh. Jadikan mereka lebih akrab dengan AL-QUR’AN sedini mungkin. Muliakanlah mereka dan perbaguslah akhlak mereka.
- ALLAH sangat dekat dengan kita: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang “Aku” maka ( jawablah) bahwasanya Aku dekat” (QS. Al-Baqarah: 186), bahkan lebih dekat dari urat leher kita (QS. Qaaf: 16). Dia juga ingin lebih dekat lagi: “Barangsiapa mendekat kepadaKu satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu lengan. Barangsiapa mendekat kepadaKu satu lengan, maka Aku akan mendekat kepadanya dua lengan” (firman ALLAH dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim). Karena itu berlomba-lombalah untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya secara langsung dengan memperbanyak ibadah atau amal shaleh. Wallaahu A’lam…
- Hati-hati dengan semua informasi gaib, baik yang didengar, langsung terdetik dalam hati ataupun melalui mimpi, termasuk mimpi bertemu Rasulullah. Karena semua itu telah menjadi celah setan untuk menyesatkan manusia, kecuali bila seseorang benar2 bermimpi melihat Rasulullah dengan ciri2 persis seperti yang digambarkan dalam Hadits, karena setan tidak bisa menyerupai beliau: “Siapa yang melihatku dalam tidurnya, berarti dia sungguh telah melihatku. Karena sesungguhnya setan tidak dapat menyerupaiku.” (HR. Bukhari) Jadi, bila ada yg mengaku bermimpi melihat Rasulullah tapi dalam mimpinya itu beliau hanya membelakangi orang yg bersangkutan sehingga tidak bisa diketahui ciri2nya, maka itu juga harus berhati2. Apalagi, bila ada pesan yang disampaikan. Dalam hal ini, kita dituntut untuk tetap menggunakan FIKIR dan jangan terlena dan terpedaya dengan informasi yg didapatkan. Jadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai rujukan utama. Wallahu A’lam…
- Dalam mengukur kemuliaan seseorang seringkali kita menggunakan standarisasi manusia, dengan memandang jabatan, status sosial, kekayaan, nasab (keturunan) ataupun keilmuannya. Padahal hanya satu ukuran kemuliaan seseorang di sisi ALLAH, yaitu ketakwaannya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.[QS. Al-Hujurat (49) : 13] Jadi, bisa jadi orang yang biasa2 saja, termasuk dari sisi keilmuan agamanya, lebih mulia di sisi ALLAH dan lebih mustajab doanya daripada orang yang memiliki segudang ilmu agama. Siapapun bisa meraih derajat tersebut, karena itu berlomba2lah untuk menjadi yang paling mulia disisi-Nya. Wallaahu A’lam…
- Kemuliaan seseorang di sisi ALLAH dinilai berdasarkan ketakwaannya, bukan yang lain. Walaupun hanya ALLAH swt yang mengetahui tingkat atau kadar ketakwaan seseorang, termasuk kita, tetapi sebagai bahan muhasabah (koreksi diri), ALLAH telah memberitahukan ciri2 orang yang bertakwa. Di samping orang yang bertakwa berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan ALLAH (seperti digambarkan di awal surah Al-Baqarah), juga berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, yaitu dengan menjaga akhlak yang mulia. Salah satunya adalah dengan membiasakan diri untuk membantu yang lemah, menahan emosi dan mudah memaafkan orang lain: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS: Ali Imron: 133-134). Sudah saatnya bagi kita untuk lebih fokus mengoreksi diri kita sendiri dan mengurangi koreksi orang lain. Mungkin terkadang kita masih sering emosi ketika sedang dihadapkan pada suatu masalah. Berusahalah untuk mengendalikannya dan perbanyaklah istighfar. Wallaahu A’lam…
- Tanpa disadari, seringkali kita lebih tertarik dengan tipu daya setan saat sedang menghadapi masalah atau menderita satu penyakit, tipu daya setan yg selalu menawarkan solusi yg terkesan lebih cepat dan instan. Dengan tawaran solusi yg cukup menggiurkan itu, kita dibuat lupa utk mendekatkan diri kepada ALLAH. Dengan dekat kepadaNya, insya ALLAH solusi yg kita dapatkan adalah solusi yg sesungguhnya, bukan solusi yg kamuflase. Wallahu a’lam
Oleh : Fatkhurozi Chafas Full – Media Silaturahim