Umroh RamadhanUmrah Itikaf atau berumrah di kala 10 hari terakhir bulan Ramadhan dipercaya membawa berkah ibadah bagi setiap umat Muslim yang melaksanakannya. Regulasi pembatasan kuota dari Arab Saudi kini membuat para pengusaha travel dan umrah mengatur jumlah peminat umroh tersebut. “Jumlah peminat umrah di bulan Ramadhan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hampir semua anggota kami mempunyai program umrah I’tikaf karena merasa ada keistimewaan bila beribadah di malam-malam lailatul qadar di Tanah Suci,” papar Wakil Sekretaris Himpunan Penyelenggara Umroh dan Haji (HIMPUH) Muharom Ahmad.

Meski menyadari jumlah permintaan umrah Itikaf yang berpotensi besar bagi bisnis operator umrah, HIMPUH melihat ada yang perlu dikritisi. Terutama terkait aturan baru dari negara Arab Saudi yang membatasi kuota umrah sebanyak 17 ribu orang jamaah pada tahun 2013. Tidak ada lagi kebijakan kuota tambahan karena pemugaran Masjidil Haram dan bangunan-bangunan sekitarnya sejak akhir tahun 2012 lalu. “Kami sudah menginstruksikan pada anggota agar mengantisipasi lonjakan permintaan umrah Itikaf yang selalu meningkat pada bulan Rajab ini supaya kualitas pelayanan yang diberikan optimal,” jelas Muharom.

Rasio jumlah jamaah disarankannya tetap seperti umrah reguler. Tidak lagi menambahkan daftar peserta umrah di bulan Ramadhan mendatang. Agar kualitas ibadah tetap tercapai di Tanah Suci, bukan sekadar mengejar keutamaan semata.

“Meski dikatakan umroh Ramadhan ganjarannya setara ibadah haji, selaiknya tergantung dari niat jamaah saat mengikuti semua rukunnya,” jelas Muharom.

Para ulama sepakat bahwa Itikaf, khususnya 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, adalah ibadah yang disunnahkan oleh Rasulullah. Beliau sendiri melakukanya 10 hari penuh di bulan Ramadhan. Aisyah, Umar bin Khattab, dan Anas bin Malik menegaskan hal itu, “Adalah Rasulullah saw. ber Itikaf pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bahkan, pada tahun wafatnya Rasulullah ber Itikaf selama 20 hari.

Para sahabat, bahkan istri-istri Rasulullah selalu melaksanakan ibadah ini. Sehingga Imam Ahmad berkata, “Sepengetahuan saya tak seorang ulama pun mengatakan Itikaf bukan sunnah.” “Itikaf disyariatkan dengan tujuan agar hati ber Itikaf dan bersimpuh di hadapan Allah, bershalawat dengan-Nya, serta memutuskan hubungan sementara dengan sesama makhluk dan berkonsentrasi sepenuhnya kepada Allah,” begitu kata Ibnu Qayyim.

Urgensi Itikaf, menurut Satori, ruh manusia memerlukan waktu berhenti sejenak untuk disucikan.
“Hati kita butuh waktu khusus untuk bisa berkonsentrasi secara penuh beribadah dan bertaqarub kepada Allah SWT. Kita perlu menjauh dari rutinitas kehidupan dunia untuk mendekatkan diri seutuhnya kepada Allah bermunajat dalam doa dan istighfar serta membulatkan iltizam dengan syariat sehingga ketika kembali beraktivitas sehari-hari kita menjadi manusia baru yang lebih bernilai,” ujar Satori.

Itikaf sendiri yang disyariatkan ada dua macam, yaitu:

1. Itikaf sunnah, yaitu i’tikaf yang dilakukan secara sukarela semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah. Contohnya i’tikaf 10 hari di akhir bulan Ramadhan.

2. Itikaf wajib, yaitu i’tikaf yang didahului oleh nadzar. Seseorang yang berjanji, “Jika Allah swt. menakdirkan saya mendapat proyek itu, saya akan i’tikaf di masjid 3 hari,” maka i’tikaf-nya menjadi wajib.

  • 0800-123456 (24/7 Support Line)
  • info@example.com
  • 6701 Democracy Blvd, Suite 300, USA
× Informasi Umroh ? Klik Disini