0821 1044 9320 | Biaya Umroh murah | Umroh Promo | Umroh Hemat | Umroh plus turki | umroh Plus aqso | Umrah plus aqso \ Umroh plus city tour turki | umroh murah meriah | Umroh Januari | umroh Desember | paket umroh murah, Melaksanakan ibadah Umroh dengan biaya umroh murah adalah pilihan tepat bagi anda yang memiliki uang pas-pasan.
Biaya Umroh murah Pilihan tepat
| Oleh: Helmi Hidayat |
Setiap musim haji tiba, diam-diam saya selalu teringat pada dua guru spiritual saya di Padang Arafah. Mereka suami-istri, keturunan Cina, baru masuk Islam dua tahun ketika kami bertemu di Makkah.
Jangan salah paham dengan kata ”Cina” yang saya gunakan. Itu hanya untuk menjelaskan warisan darah yang mengalir di tubuh mereka. Buat saya, sekali seorang lahir di Indonesia, apa pun darah yang mengalir di tubuhnya, dia adalah bangsa Indonesia.
Kami adalah para tamu raja di musim haji tahun 2000. Selama tinggal di istana tamu raja, saya nyaris tak pernah melihat pasangan ini. Saya menduga mereka lebih banyak berdiam di al-Masjid al-Haram ketimbang di istana raja. Baru ketika kami bergerak menuju Arafah, saya melihat suami istri ini duduk satu bus dengan saya.
Dibalut baju ihram putih, sang suami saya lihat tak pernah berhenti berzikir. Air matanya terus mengalir. Sementara istrinya kulihat menggunakan kacamata hitam, bibirnya juga berkomat-kamit tanda berzikir.
Di Arafah, kami duduk bersimpuh di bawah satu tenda mewah bersama jamaah lain. Hari itu terik luar biasa. Kendati tenda dipenuhi AC dan kipas angin, suhu panas tetap membuat banyak jamaah tertidur di tengah zikir. Saya pun sempat terlelap di tengah letih berzikir dan kontemplasi.
Namun, sebelum jatuh tertidur, sekelebat masih saya lihat pasangan ini tetap duduk berzikir. Ketika saya terbangun, mereka tetap berzikir. Saya berzikir lagi, mereka juga berzikir. Bahkan ketika saya beberapa kali keluar tenda untuk satu kepentingan, mereka sama sekali tak ke luar tenda, duduk di tempat semula, dan terus berzikir. Subhaanallah ….
Usai wuquf di Arafah, saya dekati mereka mengobrol banyak hal, terutama mengapa mereka masuk Islam. Sang suami bercerita, kakaknya lebih dulu masuk Islam tapi diam-diam. Ketika kakaknya meninggal dunia, para tetangga ngotot membawa jenazah ke masjid untuk dishalatkan.
‘’Nah, ketika jenazah kakak saya sudah diletakkan di depan imam, saya tanya apakah non-Muslim boleh masuk masjid. Mereka bilang boleh. Lalu saya buka sandal, masuk masjid pelan-pelan, tiba-tiba badan saya bergetar. Itulah pertama saya masuk masjid. Saya merasa seperti ada tenagabesar masuk badan tubuh saya.’’
Setelah pengalaman hebat itu, di malam hari ia bermimpi memotong dua ekor kambing dan dilihatnya anak laki-lakinya berlari-lari gembira menyaksikan kambing dipotong. Hah, bagaimana mungkin? Bukankah anaknya lumpuh? Mimpi ini ia simpan dari istrinya yang beragama Katolik, tapi ia ceritakan kepada tetangganya yang Muslim.
Dari tetangganya ia jadi tahu, itulah aqiqah dalam Islam. Karena itu tak segan-segan ia memotong dua ekor kambing. Ajaib. Di hari ketika ia memotong kambing itu anaknya benar-benar berlari bukan lagi dalam mimpi!
Agak takut, ia sampaikan niatnya kepada sang istri ingin masuk Islam. Tanpa diduga, sang istri menangis tersedu-sedu. Ternyata selama ini ia juga ingin masuk Islam tapi takut pada suami.
‘’Waktu masih beragama Katolik, saya juga sering tahajjud,’’ jelas sang istri.
Saya tentu terkejut. Tahajjud? Meski saya tak bertanya, Muslimah di depan saya ini paham saya terkejut dengan kata ‘’tahajjud’’ itu.
‘’Ya dalam Kristen, kami juga diajarkan sembahyang, bahkan sembahyang malam. Namanya tahajjud kan,’’ katanya tersenyum.
‘’Saat shalat tentu kami tidak menggunakan mukena ini. Tapi suatu malam, ketika saya sedang bertahajjud sendirian, saya lihat di cermin saya sedang duduk mengenakan mukena, padahal waktu itu saya sedang pakai baju biasa. Sejak saat itu saya yakin saya harus masuk Islam.’’
Tahun ini adalah 15 tahun lalu ketika Allah SWT menyuguhi saya hidangan spiritual luar biasa di rumah-Nya yang suci. Sejak pesta spiritual itu, setiap musim wuquf tiba saya selalu teringat kedua guru spiritual saya, dua muallaf keturunan Cina.
Ketika saya tanya mengapa mereka tak pernah berhenti berzikir saat wuquf, sang suami berkata dengan nada sedih: ‘’Kami iri, kami jauh tertinggal. Bapak sudah masuk Islam sejak lahir, sudah banyak zikir sejak kecil. Kami harus mengejar saudara-saudara saya sesama Muslim. Kami tak boleh berhenti berzikir sampai tua, sampai kami meninggal.’’
Kedua suami istri ini sekarang menjadi aktivis Yayasan Karim Oei. Biarkan saya dan Allah SWT yang tahu siapa nama mereka ….
Artikel terkait : Umroh Murah, Umroh Murah 2021, Biaya Umroh, biaya umroh murah, biaya umroh 2021 murah, umroh desember, umroh akhir tahun, umroh murah meriah, umroh januari, umroh februari, travel umroh murah, paket umroh murah, umroh plus aqso, umroh plus turki, umroh plus dubai
Klik Informasi dibawah | ||
---|---|---|
By. Epi Djuhadi – www.umrohhaji.net – biaya umroh murah